Cerita Misteri - Pesugihan Sate Gagak

Berita Unik - Demi hidup berkecukupan dan bergelimang harta membuat mereka tergoda untuk mendapatkan uang dengan cara instan (uang gaib) salah satunya melalui media pesugihan. Pesugiham merupakan ritual khusus (baca juga: Ritual khusus yang dilakukan dukun Indonesia) yang dilakukan oleh menusia aneh dan langka dengan menggadaikan iman padahal itu termasuk perbuatan syirik.

Pesugihan Sate Gagak

Ilmu Pesugihan Sate Gagak
Pesugihan sate gagak merupakan ciri khas ilmu pesugihan Dewi Lanjar. Alkisah, sosok gaib bernama Dewi Lanjar memiliki kekayaan melimpah, berupa harta emas lantakan serta tumpukan uang yang tak terhitung nilainya. Uniknya, mata uang yang dimiliki Dewi Lanjar ini mengikuti mata uang yang berlaku di alam manusia. Konon, mata uang rupiah, dollar Amerika, dollar Singapura, Ringgit Malaysia, dll, terdapat dalam tumpukan uang yang dimiliki Dewi Lanjar.

Itulah sebabnya banyak orang yang berupaya mendapatkan uang gaib tersebut. Mata uang yang diinginkan tergantung peminatnya, asalkan syarat yang diminta Dewi Lanjar dapat dipenuhi, yaitu sate gagak.

Sepintas mudah saja menyediakan sate gagak. Tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Itulah yang dialami Samsudin (48 tahun).

“Pengalaman yang saya alami sangat menakutkan. Bahkan dapat mengancam keselamatan jiwa. Sebaiknya jangan coba-coba mengikutinya,” kenang Samsudin yang menetap di Kampung Pekalipan, Cirebon.

“Bagaimana kisah itu terjadi?” Tanya Misteri.

“Awalnya kami ingin membuktikan uang gaib. Sebenarnya saya tidak terlalu percaya. Tetapi teman saya mengatakan ada seorang kyai di Banyumas, Jawa Tengah, yang memiliki kemampuan mendatangkan uang gaib,” kata Samsudin.

Selanjutnya dikisahkan, Samsudin bersama delapan orang temannya menemui Kyai Dullah di Banyumas. Mereka mengutarakan niatnya mendapatkan uang gaib.

Ketika itu Kyai Dullah hanya tersenyum mendengarnya.

“Apa kalian sudah mantap dengan niat itu? Apa tidak takut dengan resiko yang dihadapi?” Tanya Kyai Dullah.
Tentu saja semuanya menjawab mantap serta siap dengan resikonya. Niat itu sudah bulat serta tidak mungkin diubah lagi.

“Baiklah. Siapkan seekor burung gagak. Nanti kita lihat apa yang terjadi,” ujar Kyai Dullah.
Beberapa hari kemudian, Kyai Dullah bersama sembilan orang itu berangkat menuju pasar burung di Plered, Cirebon.

Nasib mereka mujur. Burung gagak berwarna hitam kelam berhasil diperoleh dengan harga 250.000 rupiah seekor.

Halaman Selanjutnya >