Dari Kurs Hingga Krisis Ekonomi

http://lounge.kucoba.com/2011/03/dari-kurs-hingga-krisis-ekonomi.html

Beberapa tahun yang lalu, pernah saya ditanya oleh seorang tetangga yang sehari-harinya nyangkul di sawah. “Kok Indonesia iki tergantung banget yo karo dollar. Nek rego dolar munggah, kabeh podo mudak seko listrik, sembako, sak kabehane lah. Kenopo Indonesia ora biso nggawe kurs dewe yo?” Waktu itu aku hanya terdiam, tidak mampu menjawab. Pikiranku langsung tertuju pada kontroversi tentang bagaimana jika Indonesia menerapkan sistem emas, atau perak yang nilainya selalu tetap.

Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini. Hal tersebut terjadi akibat semakin besarnya volume dan keanekaragaman barang dan jasa yang akan diperdagangkan di negara lain. Oleh karena itu upaya untuk meraih manfaat dari globalisasi ekonomi harus didahului upaya untuk menentukan kurs valuta asing pada tingkat yang menguntungkan. Penentuan kurs valuta asing menjadi pertimbangan penting bagi negara yang terlibat dalam perdagangan internasional karena kurs valuta asing berpengaruh besar terhadap biaya dan manfaat dalam perdagangan internasional.

Posisi penting kurs valuta asing dalam perdagangan internasional mengakibatkan berbagai konsep yang berkaitan dengan kurs valuta asing mengalami perkembangan dalam upaya mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurs valuta asing. Konsep-konsep yang berkaitan dengan penentuan kurs valuta asing mulai mendapat perhatian besar dari ahli ekonomi terutama sejak kelahiran kurs mengambang pada tahun 1973.
Sejak saat itu kurs valuta asing dibiarkan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi variabel-variabel yang mempengaruhinya. Konsep penentuan kurs diawali dengan konsep Purchasing Power Parity (PPP), kemudian berkembang konsep dengan pendekatan neraca pembayaran (balance of payment theory). Perkembangan konsep penentuan kurs valuta asing selanjutnya adalah pendekatan moneter (monetary approach) .

Pendekatan moneter menekankan bahwa kurs valuta asing sebagai harga relatif dari dua jenis mata uang, ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran uang. Pendekatan moneter mempunyai dua anggapan pokok , yaitu berlakunya teori paritas daya beli dan adanya teori permintaan uang yang stabil dari sejumlah variabel ekonomi agregate. Hal tersebut berarti model pendekatan moneter terhadap kurs valuta asing dapat ditentukan dengan mengembangkan model permintaan uang dan model paritas daya beli.

Di Indonesia , ada tiga sistem yang digunakan dalam kebijakan nilai tukar rupiah sejak tahun 1971 hingga sekarang. Antara tahun 1971 hingga 1978 dianut sistem tukar tetap ( fixed exchange rate) dimana nilai rupiah secara langsung dikaitkan dengan dollar Amerika Serikat ( USD). Sejak 15 November 1978 sistem nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali ( managed floating exchange rate) dimana nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan USD, namun terhadap sekeranjang valuta partner dagang utama. Maksud dari sistem nilai tukar tersebut adalah bahwa meskipun diarahkan ke sistem nilai tukar mengambang namun tetap menitikberatkan unsur pengendalian. Kemudian terjadi perubahan mendasar dalam kebijakan mengambang terkendali terjadi pada tanggal 14 Agustus 1997.Dengan kebijakan kurs mengambang ini, rupiah didasarkan pada nilai USD secara langsung. Pada waktu itu rupiah dipatok dengan nilai tetap tetapi dibiarkan mengambang dengan range tertentu. Apabila ada fluktuasi, pemerintah akan menutupnya dengan devisa. Inilah sumber “masalah” dari krisis ekonomi yang terjadi di awal tahun 1998. Kurs rupiah terhadap dollar menurun sangat drastis, jauh dari range yang telah diperkirakan sebelumnya. Akibat banyaknya hutang luar negeri , di mana kita harus membayar pokok serta bunga hutang, sumber devisa sudah tidak mampu lagi menutup jatuhnya nilai rupiah ini. Akhirnya pemerintah menetapkan kurs bebas.

Pada saat itu, kurs rupiah jatuh hingga Rp15.000,00 dari sebelumnya Rp2.500,00 per dollar. Harga BBM naik drastis, begitu juga dengan harga sembako. Sektor perbankan dan swasta banyak yang kolaps karena hutangnya membengkak, likuidasi perusahaan-perusahaan terjadi di mana-mana, seiring dengan itu, PHK melanda para tenaga kerja. Dan, krisis itu, hingga kini masih terasa menghantui. Entah sampai kapan kita menderita seperti ini.
Fahrudin


Believe or Not di Patimeh Percayalah
Daftar Isi